Rabu, 20 Juli 2011

Instalasi Biogas, Bio Elektrik dan Pupuk ditengah ancaman Krisis Energi dan Pangan

Kenaikan harga minyak bumi di pasaran internasional hingga USD 98/ barel (Juli 2011) akan dengan sendirinya menaikkan anggaran subsidi bahan bakar minyak (BBM) dalam APBN. Sebagaimana diketahui, Indonesia adalah negara pengimpor bahan bakar minyak (BBM) walaupun, dilain pihak, Indonesia sebagai eksporter minyak mentah. Bank Dunia menghitung, anggaran subsidi BBM akan melonjak dari target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2011 sebesar Rp 95 triliun menjadi sekitar Rp 150 triliun (Kompas, 2011).  Nilai subsidi tersebut melebihi angka APBN ketika krisis ekonomi dunia tahun 2008 lalu.
Terkait pembengkakan anggaran subsidi yang mengkhawatirkan itu, bahkan sampai MUI mengeluarkan tausiah (nasihat) hemat energi tidak terbarukan (fosil). Tausiah itu berisi panduan dan pedoman bagi umat Islam dan masyarakat dalam mengamalkan ajaran agama. Prinsipnya adalah menjunjung tinggi pemanfaatan energi dan sumber daya mineral dengan cara memuliakannya.

Penghematan bahan bakar sebetulnya dapat kita gerakkan sejak dahulu karena pasokan bahan bakar yang berasal dari minyak bumi adalah sumber energi fosil tidak dapat diperbarui (unrenewable), sedangkan permintaan naik terus, demikian pula harganya sehingga tidak ada stabilitas keseimbangan permintaan dan penawaran. Salah satu jalan untuk menghemat bahan bakar minyak (BBM) adalah mencari sumber energi alternatif yang dapat diperbarui (renewable). 

Sumber energi alternatif cukup tersedia, misal energi matahari di musim kemarau atau musim kering, energi angin dan air. Tenaga air memang paling banyak dimanfaatkan dalam bentuk pembangkit listrik tenaga air (PLTA), namun bagi sumber energi lain belum kelihatan secara signifikan.  Energi terbarukan lain yang dapat dihasilkan dengan teknologi tepat guna dan sesuai untuk wilayah Indonesia dengan kekayaan biomassa melimpah, adalah energi biogas. Dengan memproses limbah bio atau biomassa di dalam alat kedap udara yang disebut digester, pembangunan instalasi biogas, bio elektrik dan pupuk telah terbukti menghasilkan gas metan, yang ketika diproses dalam alat pemurnian (biogas purifikasi) akan menghasilkan biogas murni. Biomassa berupa limbah organik dapat berupa kotoran ternak, tinja manusia (feces), sisa-sisa panenan seperti jerami, sekam dan daun-daunan sortiran sayur, sampah domestik rumah tangga, gulma air seperti eceng gondok dan sebagainya.

Gas methan terbentuk karena proses fermentasi secara anaerobik (tanpa udara) oleh bakteri methan atau disebut juga bakteri anaerobik dan bakteri biogas yang mengurangi sampah-sampah yang banyak mengandung bahan organik (biomassa) sehingga terbentuk gas methan (CH4) yang apabila dibakar dapat menghasilkan energi panas.  Biogas adalah gas yang dihasilkan oleh aktivitas anaerobik atau fermentasi dari bahan-bahan organik termasuk diantaranya kotoran manusia dan hewan, limbah domestik (rumah tangga), sampah biodegradable atau setiap limbah organik yang biodegradable dalam kondisi anaerobik.

Pemanfaatan instalasi biogas, bio elektrik dan pupuk ditengah ancaman krisis energi dan pangan atau sebagai jalan keluar dari tren menaiknya harga dan angka konsumsi bahan bakar BBM sangat diharapkan ketika mulai ditemukan dan dimanfaatkannya teknologi generasi ke 2 dalam pembangkitan biogas. Penggunaan bahan digester dari bahan fiberglass, terciptanya bakteri aktivator pembangkit methan (metagenesis) seperti GP-7, digunakannya alat pemurnian (purifikasi) biogas dari kandungan karbondioksida, hidrogen sulfida (H2S) dan gas lain yang menurunkan kualitas gas metan dalam biogas memberi harapan baru adanya biogas murni sebagai subtitusi BBM.  Bahkan lebih dari itu, teknologi Biogas-Bio Elektrik- Pupuk organik yang dapat diusahakan pada skala usaha kecil menengah, akan menjadi peluang usaha menjanjikan.

Gambaran kelayakan ekonomi Instalasi Biogas dan Bio Elektrik Biophoskko, misalnya satu shelter terdiri 3 unit type Biogas Digester BD 7000L berkemampuan mengolah limbah biomassa atau sampah organik untuk pertama kalinya 21 m3 (setara 7 ton) dan hari selanjutnya 4,2 m3 atau 1,26 ton/ hari.

Setiap harinya, output 1 shelter Instalasi Biogas, bio elektrik dan Pupuk BD 7000 L adalah biogas dengan kemurnian > 80 % metan, (CH4) sebanyak 37,8 m3 yang memiliki daya nyala dan kalori tinggi untuk menyalakan kompor guna memasak dengan jumlah bahan bakar setara 17, 388 kg LPG, atau bahan bakar gas tersebut dapat menyalakan 3 unit genset 5000 watt sebanyak 45, 36 kWh (kilo watt hour).

Selain penerimaan dari penjualan bahan bakar gas atau energi listrik diatas, instalasi 1 shelter BD 7000L adalah pupuk cair organik sebanyak 3,78 m3/ hari atau bagi penyiraman halaman dan tanaman maupun ditingkatkan kandungannya untuk menjadi pupuk organik atau pupuk hayati agar memiliki nilai tambah (added value) lebih besar lagi. 

Dari hasil berupa bahan bakar biogas diatas saja akan dihasilkan tidak kurang dari Rp 23, 473.800 / tahun ( pada asumsi harga LPG Rp 4500/ kg )  ditambah pendapatan dari penjualan pupuk organik cair.  Pada kondisi sponsor proyek yang memiliki tujuan pengelolaan sampah, memilih pembangunan instalasi shelter BD 7000L akan memiliki opportunity cost atas biaya pembuangan sampah yang selama ini dijalankan.
 
Pendapatan lain akan diterima pengusaha instalasi biogas dan bio elektrik ketika penempatan instalasi dilakukan dekat timbulan sampah di kawasan-kawasan penimbul sampah. Biaya pembuangan sampah, dapat menjadi penerimaan usaha bagi instalasi biogas dan bio elektrik ini. Bila menurut standar BPLHD bahwa biaya bongkar muat sampah hingga pengiriman ke TPA Sampah Rp 135.000,-/ ton, penghematan biaya  harian buang sampah 1,26 ton atau 4,2 m3 sampah akan setara dengan biaya Rp 51.030.000/ tahun.  +)

9 komentar:

Anonim mengatakan...

setuju pak, harga bahan bakar minyak yang makin meningkat dan ketersediaannya yang makin menipis serta permasalahan emisi gas rumah kaca merupakan masalah yang dihadapi oleh masyarakat global. Upaya pencarian akan bahan bakar yang lebih ramah terhadap lingkungan dan dapat diperbaharui merupakan solusi dari permasalahan energi tersebut.

Anonim mengatakan...

wah adanya pemurnian biogas di Indonesia kereen nih......karena di akademis diketahui, semakin tinggi kandungan metana maka semakin besar kandungan energi (nilai kalor) pada biogas, dan sebaliknya semakin kecil kandungan metana semakin kecil nilai kalor. Kualitas biogas dapat ditingkatkan dengan memperlakukan beberapa parameter yaitu : Menghilangkan hidrogen sulphur, kandungan air dan karbon dioksida (CO2). Hidrogen sulphur mengandung racun dan zat yang menyebabkan korosi, bila biogas mengandung senyawa ini maka akan menyebabkan gas yang berbahaya....semoga methane purifier yang bapak sajikan bisa mengatasi kondisi biogas yang dibangkitkan secara sederhana selama ini

Sonson Garsoni mengatakan...

ya pak, pemurnian biogas agar merobah persepsi selama ini yang seolah biogas adalah bahan bakar kompor dengan daya nyala rendah. Padahal, biogas murni akan memiliki besaran kalori lebih tinggi serta aman bagi penggunaan pada perangkat (genset, lampu biogas, dll). Pada kondisi instalasi satu naunagn (shelter) terdiri 3 unit digester 7000 L ini malahan akan didapatkan laba dari penjualan gas atau daya listrik dan pupuk. Disamping itu juga menyelesaikan masalah timbulan sampah.

KencanaOnline.Com mengatakan...

silahkan perbandingan harga dan kelayakan ekonomi biogas bisa dilihat pada penjelasan instalasi biogas, bio elektrik dan pupuk pada http://www.kencanaonline.com

Anonim mengatakan...

baru tahu kalau biogas bisa dibangkitkan dengan cara modern seperti ini, good lah.........

Anonim mengatakan...

Aplikasi Biodigester merupakan solusi dua permasalahan sekaligus yakni penyediaan energi dan pembuangan sampah. Ibarat kata pepatah :"Sekali mendayung 2 pulau terlampaui".

Sonson Garsoni mengatakan...

kalau mau lbh terasa dramatis masih ada manfaat besar yakni lumpur (sludge) dari biodigester ini adlh pupuk organik yang baik bagi pertanian, penumbuhan plankton kolam, penumbuhan vegetasi lahan reklamasi tambang, dll...........tapi pepatah sekali dayung memang hanya 2 pulau ya, hehehe

Sonson Garsoni mengatakan...

biogas selama ini hanya percontohan pemerintah, bertujuan mengolah limbah feces sapi dan skala kecil, yang penting keluar gas tanpa mengukur kualitasnya akhirnya gak layak ekonomi. Padahal, klu dibangkitkan dg teknologi mikrobiologi, digester yg mendukung lingkungan mikro bagi bekerjanya bakteri, serta menyiapkan material (CN ratio, PH, temperatur) itu akan menghasilkan energi yg jauh berlipat sbg bhn bakar panas, cahaya maupun menjalankan genset. Itulah yg sdg diupayakan Biogas, Bio Elektrik dan Pupuk agar fokus pada jmlh CH4 sbg pembentuk kalori, dan me remove unsur lainnya (CO2, H2,H2S, N2)...

Sonson Garsoni mengatakan...

nah... dg upaya pd peningkatan kualitas, output gas jauh lbh besar dan kandungan metan (pembentuk kalori) bs murni ( mendekati 90%), maka dengan itu secara ekonomi jadi melipatgandakan penerimaan....layak diusahakan secara bisnis pada skala mulai 1 shelter, dst.

Pengikut