Sejalan dengan upaya pemerintah dalam mewujudkan program Nawacita yang
salah satunya adalah membangun Indonesia dari pinggiran dengan cara
memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka NKRI, diperlukan perluasan gerakan mandiri pangan dan energi ( Gemar Panen) oleh segenap komponen masyarakat. Dengan temuan metoda BiophoskkoGas [ Biodigester- Piroliser- Komposter- Gasifier] dapat diikhtiarkan pemanfaatan sumberdaya hayati sebagai modal dasar.
MENUJU MANDIRI PANGAN DAN ENERGI, DARI SAMPAH MEMBANGUN PEMBANGKITAN BIOGAS DAN INSTALASI SAWAH PORTABEL
Video 7 menit dari program "Indonesia Membangun" TV Nasional ini seolah memberi solusi bahwa memperoleh beras sebagai pangan pokok, tidak selalu harus bergantung kepada pesawahan konvensional.
Dengan makin
menyusutnya luasan tanam yang ada (eksisting), sementara pembukaan lahan
baru (di luar Jawa) tidak mudah dan
murah, bagi ikhtiar swasembada dan mempertahankan kedaulatan pangan,
Indonesia mutlak membutuhkan dukungan pembukaan areal pertanaman sawah
baru. Perluasan (ekstensifikasi) harus dapat menjamin aksesibilitas
masyarakat kepada sumber pangan yakni, ketika sawah masih diusahakan
oleh masyarakat luas, bukan korporasi.
Disamping penjaminan
atas akses dan keterjangkauan rakyat kepada pangan, mengurangi resiko
dari mahalnya infrastruktur (irigasi, pembentukan kelembagaan petani dan
jalan) maupun perbaikan kualitas lahan di lokasi baru, mengharuskan
pilihan kepada membangun sawah secara portabel sehingga dapat dilakukan
oleh segenap masyarakat dimana pun berada.
Dengan sawah
portabel, budidaya padi telah dapat dilakukan di halaman, pekarangan
rumah, rak bertingkat bahkan, di atap bangunan (roof garden). Tanpa
terpengaruh banyak oleh kondisi mikroklimat maupun strata sosial
masyarakat. Sawah portabel dapat dilakukan oleh berbagai lapisan dan
kelompok masyarakat termasuk masyarakat urban di perkotaan maupun rumah
tangga strata ekonomi tinggi dengan motivasi kesenangan (hobbies).
Memupuk, membersihkan gulma, dan merawat padi per rumpun di sawah
portabel ini memiliki intensitas tinggi bagi optimalnya produktivitas
gabah kering panen (GKP).
MENAIKAN PRODUKTIVITAS PADI
Sejak 2011, didapatkan rataan produksi hingga 150 gram/ rumpun atau,
dengan ekstrapolasi, akan setara 13.5 ton/Ha. Pada Indeks Panen (IP)
400% ~berpotensi capai 54 ton GKP/ Ha/tahun. Bandingkan dengan sawah
pada umumnya, IP 200 %, umumnya 15 ton GKP.
Dengan pemupukan
mengaplikasikan Tablet Formula Gramalet, pupuk bukan (lagi) disebar,
waktu dan biaya menjadi hemat. Merawat padi tak perlu lepas sepatu,
cangkul pun pensiun, ketika panen tidak perlu repot jauh ke penggiling
padi. Hasil beras pecah kulit (whole grain) dari penggiling manual APP 15 L, tetap memiliki kandungan gizi dan segar.
BIOINDUSTRI PERTANIAN DARI SUMBERDAYA HAYATI
Memperlihatkan kelanjutan video mandiri pangan dan energi (Part 1)
tentang terbuangnya sumberdaya hayati dan problem TPA, serta video (
part 2) tentang teknik konversi ( 4 in one) metoda BiophoskkoGas [
Biodigester- Piroliser- Komposter-Gasifier], Video (Part 3) berdurasi 7
menit ini menyampaikan model sistim produksi bersih pengelolaan sampah
dan biomassa (zero waste) untuk membangun bioindustri pertanian dan
pembangkitan Biogas, Bio Elektrik dan Pupuk bagi kemandirian pangan dan energi.
Biodigester pencerna sumberdaya hayati (sampah organik, biomassa,
limbah pertanian dan industri makanan) selain menghasilkan gas ( energi
masak maupun bahan bakar generator PLTBM - Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa)
juga memberikan lumpur bagi media tanam ( ikan, sayuran hidroponik,
padi). Budidaya hemat lahan khususnya bagi kawasan perkotaan (urban
farming) dengan ikan di kolam portabel, sayuran di pematang berupa pot
vertikultur hidroponik dan padi di polibag akan membentuk suatu sistim
sawah portabel (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar