Kapasitas input material 5 m3 misalnya, ditambah gas holder 2 m3 atau keseluruhan digester berkapasitas 7 m3, memiliki dimensi PLT ( diameter 200 cm, tinggi 390 cm), akan bertahan diatas 10 tahun hingga 20 tahun. Diproduksi secara terurai (complete knock down) mudah dipindah, dimobilisasi ke lokasi pelanggan dengan biaya lebih murah serta, dapat dilakukan perbaikan ketika terdapat kerusakan. Biogas digester (BD 5000 L) dilengkapi dengan instalasi pipa gas, kompor standar pabrikan dan peralatan penunjang ( pengukur tekanan manometer/ pressure meter) bagi pemanfaatan gas metana (methan) sebagai bahan bakar ramah lingkungan bagi keperluan pembakaran (kompor) maupun menjalankan aneka perkakas elektronik ( penerangan, penggerak mesin, perkakas rumah tangga dan seterusnya).
Biogas sebagai hasil dari suatu proses fermentasi aneka material organik ( semua bahan berasal dari makhluk hidup) adalah sumber energi baru terbarukan (renuwable energy) yang dapat diperoleh dengan biaya murah, dari bahan yang selama ini dikatagorikan sebagai sampah. Gas yang terbentuk dalam tabung kedap (tanpa oksigen) Digester Biogas BD 5000L, dibuat dari fiber glass berbahan resin eternal 2504, jenis mat Wr 200 ( mat anyam) dan mat 300 ( acak), ketebalan 3 - 5 mm, mampu memfermentasi 5 m3 kemudian ditambahkan ke melalui pengumpan sejumlah 0,5 m3 per hari. Sampah dan berbagai bahan organik dapat terus menerus setiap hari ditambahkan ke lobang pemasukan (intake chamber) dan akan diurai oleh bakteri anaerobic Green Phoskko (GP-7), untuk pertama kalinya hanya 5 sampai 7 hari telah mulai mengeluarkan gas methana (CH4) dan tersimpan di bagian atas tabung ( gas holder). Selanjutnya, biomassa (biomass) organik dapat terus menerus ditambahkan setiap hari, sepanjang tekanan dalam gas holder berkurang karena penggunaan bagi bahan bakar panas ( kompor, tungku) maupun bahan bakar gas oleh genset modifikasi Bio elektrik.
Pembangkitan gas methan dari bahan organik akan sangat mendukung upaya mendapatkan sumber energi alternatif. Diketahui, tren kenaikan angka konsumsi akan bahan bakar konvensional (premium, solar) terus menaik sejalan dengan bertambahnya populasi penduduk dunia. Bahan bakar (BBM) yang berasal dari minyak bumi tersebut adalah sumber energi fosil yang tidak dapat diperbarui (unrenewable), sedangkan permintaannya naik terus. Demikian pula harganya, cenderung meningkat karena tidak ada keseimbangan permintaan ( demand) dan, di sisi lain, penawaran (supply). Demikian juga dengan masih rendahnya rasio elektrifikasi di berbagai bagian wilayah Indonesia ( Kalimantan, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku dan Papua), pengolahan biomassa menjadi gas akan sangat membantu upaya pengembangan wilayah mandiri energi di Indonesia. Dan, bahkan, dengan hasil sampingan berupa lumpur ( slurry) berupa pupuk organik, pengembangan Bio Elektrik juga akan sekaligus memperbaiki lapisan atas tanah di areal-areal penambangan.
Sebagaimana diketahui, kini umumnya penambangan (mining) tanpa menyimpan lapisan humus (top soil). Keadaan ini, bagi kepentingan reklamasi di kemudian hari, akan memerlukan puluhan tahun bagi kembalinya vegetasi. Luasnya areal penambangan, yang dikhawatirkan membawa problem lingkungan di masa kini dan masa depan ini, perlu diupayakan masyarakat dengan mengusahakan pupuk organik, biogas dan pembangkitan listrik melalui teknologi Bio Elektrik. Pemanfaatan sampah dan limbah organik yang bersumber dari usaha rakyat ( ternak, pertanian dan perkebunan) maupun limbah domestik (rumah tangga, pasar, hotel, restoran) menjadi biogas, daya listrik dan sekaligus menghasilkan pupuk organik diharapkan memberi solusi atas kebutuhan energi dan perbaikan vegetasi areal penambangan tersebut.
Salah satu jalan untuk menghemat bahan bakar minyak (BBM) adalah mencari sumber energi yang dapat diperbarui (renewable), antara lain biogas. Produksi pupuk organik, biogas dan bio elektrik berbahan sampah organik ini dapat dilakukan oleh perusahaan atau komunitas penimbul sampah organik antara lain hotel, restoran, pasar induk sayuran, developer perumahan dalam pengelolaan tinja (septik tank), pengelola Tempat pembuangan sampah (TPA). Pendek kata, pengelolaan sampah organik menjadi material baru berupa gas dan pupuk organik akanbermanfaat bagi manusia dan alam. Biogas, bio metan dan bio elektrik hasil teknologi proses fermentasi biomassa ( sampah dan limbah organik) adalah sumber energi baru terbarukan ( renuwable energy) bagi masa depan masyarakat hijau (green society).
4 komentar:
apakah gas metan dari biogas digester ini bisa disimpan dalam tabung ? klu bisa alangkah bagusnya, sampah dan biomassa di TPA dan TPS kota2 di indonesia bisa selesai dan hasilkan listrik buat penerangan dong..........
sejauh ini biogas belum bisa dimanfatkan karena karakter CH4 berbeda dg gas elpiji yang bisa dicairkan. Biogas dapat ditingkatkan mutunya, memperbesar rasio CH4 terhadap total kandungan ( dengan menghilangkan CO2, H2S, dll) melalui pengikatan oleh kimia tertentu. Biogas setelah pemurnian akan menjadi sumber energi dengan kalori lebih baik.
Meningkatkan kualitas biogas juga dapat dimulai sejak pembangkitan dalam digester. Kualitas tabung digester yang baik ( kedap udara dan tahan lama serta bisa dipindah) dan bakteri pembangkit metan yang tepat. Diketahui, bakteri dalam digester yang bekerja optimal, akan berperan menaikan komposisi CH4 dibanding CO2, H2S, H2, O2
Berapa biaya untuk pembuatan instalasi ini?
Posting Komentar